Jakarta, kota yang terkenal dengan polusi dan kemacetannya. Berempat mereka dipertemukan kembali di kota ini. Teman semasa sekolah menengah, bertemu kembali setelah beberapa tahun berpisah karena pada pindah kota.
Kini di jakarta bertemu dengan keadaan sudah dewasa dan tentunya dengan sifat yang sudah berbeda juga. Reynold, Steven, Liliana, dan Sherly.
Steven sudah mempunyai pacar sedangkan sisanya masih jomblo. Namun meski begitu mereka sering jalan bareng. Apalagi ditunjang dengan pacar Steven yang beda kota, membuat persahabatan mereka seakan tak ada celah pengganggu.
“Sher, jadi ga karaokenya?” Tanya Liliana dalam percakapan telepon.
Saat itu masih di hari-hari masa libur hari raya lebaran, Jakarta seakan berubah total. Kota yang biasanya macet penuh suara bising klakson kini lenggang, bahkan di jalan-jalan tertentu mungkin bisa dipakai untuk bermain bola.
“Ya, jadi aja. Btw, ngebet amat sih Lil, baru 2 hari lalu habis dari jalan2 juga. Ga capek apa loe?” Tanya Sherly, “Apa karena kejadian itu tuh.. jadi ada yang berubah nih…” Ledek Sherly.
“Wekz… Ga kok, kejadian apa mang, dasar!!” Elak Liliana.
“Itu tuh, kisah pertolongan dari si hero..di puncak harapan.” Sherly menggoda lagi.
“Nggak.. gak… gak…, ga ada apa-apa” Bantah Liliana.
“Ciee… ciee…” Goda Sherly lagi, “Tapi sayng orangnya udah punya pacar ya .” Sherly menjelaskan.
“Ya, tau kok, orang ga ada apa-apa. ” Jawab Liliana datar. “Jadi kan?”
“Ya, tar kuajak Rey dan Stev… Malam minggu nih. Ciee…. Hahaha…” Ledek Sherly untuk ke sekian kalinya.
* * *
Di tempat karaoke, mereka berempat bernyanyi bergantian. Ketika semua sudah lelah kehabisan nafas, akhirnya mereka mengobrol sambil ngemil.
“Gimana dengan pacarmu Stev?” Liliana memulai pembicaraan sambil mengambil gelas minumannya.
“Ya masih berantem gitu deh. Kemarin kan liat sendiri waktu itu. Parah dah, bingung gua sama kelakuan dia.” Jelas Steven panjang.
“Oh, trus gimana?” Lanjut Liliana.
“Suit… Suit… Yang perhatian gitu loh.” Goda Reynold.
“Ah… Rese….ga bole ya??” Balas Liliana sambil pura2 mukul Reynold dan semua tertawa.
Mereka pun menikmati malam itu dengan riang gembira dan penuh canda tawa sambil bareng berkaraoke :
朋友一生一起走,那些日子不再有
Friends to go with his life, those days are no longer
一句话 一辈子,一生情 一杯酒
Word for life, love life, a glass of wine
朋友不曾孤单过,一声朋友你会懂………
Friends never been alone, I heard friends that you will understand…………
“Eh… Besok ke pantai yuk.” Ajak Liliana saat mereka keluar dari ruang karaoke.
“Hah… Keluar lagi.” Tanya Sherly ga percaya.
“Ya iya lah. Mumpung lagi libur loh. Kapan lagi bisa jalan mulu.” Jawab Liliana.
“Ga capek apa kamu Lil?” Sergah Reynold.
“Ga tuh. Mumpung libur. Jadi mesti dinikmati dengan baik.” Protes Liliana. “Jadi gimana?”
“Gua sih terserah kalian.” Steven angkat bicara.
“Gimana Rey?” Tanya Sherly minta pendapat.
“Ya okelah kalau begitu. Hajar terus… Hahaha…” Jawab Reynold dan semua tertawa.
Mereka akhirnya jadi untuk ke pantai esok.
* * *
“Huahh, segarnya angin di pantai!” Seru Liliana.
Lialiana dan Steven duduk bersebelahan di pesisir pantai . Mereka terlihat seperti sepasang kekasih, hingga Sherly dan Reynold mengambil jarak yang agak jauh dari mereka.
“Liat tuh, seperti pasangn beneran..keliatan mesra tuh” Ucap Sherly pada Reynold.
“Pengen gitu juga ya.” Goda Reynold sambil mengacak rambut Sherly
“Ga usah.. Dasar!!” Tolak Sherly segera diikuti tawa senang Reynold yang merasa berhasil menggoda Sherly.
Memang Steven dan Liliana tampak bagai sepasang kekasih saat itu, berduaan bersenda gurau sambil tertawa riang kadang gak tahu sengaja apa tidak Liliana menyandarkan kepalanya ke bahu steven seakan di pantai itu hanya ada mereka berdua.
Setelah puas duduk bersantai, 4 sekawan yang seakan 2 pasangan sejoli sedang kencan bareng bangun dan berjalan santai di pesisir pantai.
“Lil, dekat kaya gini ga bikin loe jatuh hati ama gua kan?” Tanya Steven pada Liliana yang berdampingan dengannya.
Meski dengan suara pelan. Tapi terdengar juga oleh Sherly dan Reynold. Namun tentu saja mereka berdua ga mau merusak suasana saat itu.
“Hm… Ga lah, Stev. Mau dikemanain pacar loe nanti.” Jawab Liliana ragu, karena dalam hati terdalamnya sebenarnya ada rasa yang berbeda saat bersama Steven.
“Baguslah kalau begitu.” Jawab Steven dengan datar, seperti ada kekecewaan dalam nada suaranya.
Tapi kedua insan itu sebenarnya menyimpan rasa cinta yang tak terucap di hati mereka, karena salah satunya telah terikat status pacaran dengan insan yang lain. Membuat cinta yang tumbuh harus disembunyikan dalam lubuk hati terdalam.
“… coba giliran loe cerita.” Kata Sherly ke Liliana saat mereka sudah kembali duduk bersama di atas hamparan pasir.
Mereka sedang ngobrol membicarakan tentang kisah hidup,kerjaan sampai kisah percintaan yang pernah mereka alami. Liliana pun bercerita panjang lebar . Saat sudah selesai bercerita sahabatnya langsung menimpali.
“Kalau yang sekarang gimana?” Ledek Reynonld sambil ngelirik ke Steven
“Hah?” Jawab Liliana bengong.
“Itu tuh, yang sandar-sandaran tadi.” Sherly menimpali. Steven hanya bisa diam dan senyum mendengar semua itu.
“Ah, rese kalian. Napa.??. u pengen gitu sama Rey ?” Balas dan tantang Liliana sambil tersenyum.
Sherly terdiam seketika, dipandangnya Reynold dan mereka pun beradu pandang. Tiba-tiba Reynold berkata setengah menantang..
“Sherrr… Loe kok gak berani? Jangan-jangan lo ada maksud sama gue ya ???” Kata Reynold dengan maksud mao godain Sherly dan sambil tangannya dikit memaksa kepala sherly buat disandarin ke bahu nya.
Sontak mereka pun tertawa bersama dan Sherly yang merasa dikerjain memukul tangan si Reynold .
* * *
Liburan sudah berakhir namun persahabatan mereka tetap berjalan. Mereka masih sering menghabiskan waktu bersama sekedar buat curhat dan saling membantu dikala salah satu memerlukan bantuan. Kadang barengan kerja sosial atau ke panti jompo…kadang mengabiskan waktu pagi buat jogging berempat di sela kesibukan masing-masing.
Steven dan Liliana suka cerita berdua lewat telpon disaat2 santai di rmhnya, kadang keluar berduaan itu didukung tempat tinggal mereka yang dekat. Dunia mereka berjalan dengan indahnya.
Pernah suatu kali sodara Liliana merid dan Liliana harus mengwakili ortu nya yang gak bisa hadir dalam pernikahan tersebut.Awalnya dia minta Sherly buat temanin karna tempatnya jauh tapi karna Sherly ada urusan kantornya jadinya ga bisa.Akhirnya Liliana minta Steven temani.
“Haii Lili..makin cakep aj..trus..yg disamping ini pacarmu ya??” Sapa sodara Liliana dengan senyuman sambil melirik Steven
“Bukan..bukan cuman teman saja..abis jauh jadi minta diantarin teman gue” jawab Liliana menjelasinn takut salah paham
“Gimana tuh..jangan-jangan sodara loe salah paham tuhh ” Tanya Steven setelah sodara Liliana menjauh.
“Gapapa, kan loe dah gua anggap sahabat baik.” Jawab Liliana santai.
Dan hubungan mereka pun berlanjut semakin dalam meski belum mengungkapkan perasaan mereka sesungguhnya.. Steven yang merasa tidak cocok dengan pacarnya pun memutuskan hubungan diantara mereka. Bukankah cinta itu memilih yang terbaik untuk menjadi pendamping hidup kita nanti? Begitu pikir Steven. Hubungan yang terus menerus hanya bertengkar dan bertengkar membuat Steven jemu, dan putus adalah jalan keluarnya.
Namun masalah tidak selesai di situ. Pacar Steven ternyata gak mao putus . Ia meminta berbaikan meski dgn agak memaksa supaya steven kembali padanya. Bahkan ortu pacarnya juga membujuk Steven agar mereka rujuk kembali.
Pohon cinta yang direncanakan tumbuh bersemi dan berbuah pun layu dan mati kembali sebelum menumbuhkan tunasnya. Akar-akarnya yang telah tertanam harus dicabut paksa. Begitu menyakitkan harus membunuh cinta yang telah tumbuh.
Steven pun kembali berbaikan dengan pacarnya berharap bisa belajar mencintai pacarnya mulai dari awal lagi. Perlahan Steven mulai membatasi hubungannya dengan Liliana. Sakit… Ya memang, tapi itu harus dilakukan agar mereka tidak semakin hanyut dalam rasa.
Liliana pun sedih menyadari antara mereka sudah dibatasi jarak yg semakin jauh..Perasaan itu membuat hati nya merasakan pedih yang susah diungkapkan. Kesedihan hatinya dicurahkan pada Sherly sahabat setianya ketika di kamar Sherly. Mendengar cerita Liliana membuat Sherly turut bersedih.
“Sher, minggu depan gua pulang singkawang…” Kata Liliana setelah hening saat ceritanya usai.
“Hah?? Kenapa?” Sherly kaget.
“Gua pindah kerja di sana.”
“Mengapa? Pasti bukan itu alasan utamanya. Ya kan Lil.” Tanya Sherly ga percaya.
“Mmm…” Liliana terdiam.
“Loe hanya pengen menjauh aja kan? Kan bisa loe jarang ketemu, jarang kontak.”
“Tapi…”
“Kan loe bisa menghindar agar ga ketemu dengannya.” Potong Sherly lagi.
“Sepertinya tekad gua sudah bulat. Dan paling tidak gua balik ke kampung halaman, bukan ke kota yang tidak gua kenal.” Sergah Liliana lirih.
Sherly pun hanya bisa terpaksa setuju, memberi dukungan moril ke sahabat baiknya meskipun hatinya ga merelakan kepergian Liliana.
* * *
Sehari sebelum keberangkatan Liliana, mereka berempat menghabiskan malam bersama untuk perpisahan. Malam yang dingin, sedingin hati dua insan yang dipaksa membeku. Mereka berkumpul di pantai, namun suasana tak lagi riang seperti biasanya. Api unggun di hadapan mereka tak mampu mencairkan suasana yang beku itu.
“Jadi besok siapa yang mengantarmu ke bandara?” Tanya Reynold
“Taxi.” Jawab Liliana singkat.
“Eh… Ga usah Lil. Biar gua yang anterin.” Steven menawarkan diri.
Biasanya di situasi seperti ini, teman yang lain akan segera menggoda dan mengejek pasangan itu. Namun sekarang yang ada hanya keheningan dengan suara gemericik ombak dan kayu yang terbakar api.
“Gimana Lil?” Tanya Steven ketika hanya diam yang didapat.
“Ah… Ga usah. Ga usah repot-repot.” Jawab Liliana seperti baru terbangun dari lamunannya.
“Gapapa Lil, ga ngerepotin gua kok.” Steven bersikukuh.
“Ya Lil, biar Steven yang anterin aja. Lagipula lebih aman dan… lebih hemat tentunya.” Sherly mencoba bercanda.
“Mmm… Ya baik deh.” Akhirnya Liliana setuju.
“Jam berapa Lil?” Tanya Steven.
“Setengah 8 pagi.”
“Kok pagi amat?”
“Nah bisa ga? Tar ga bisa bangun lagi.” Kata Liliana meragukan Steven.
“Haha… Bisa dong. Tenang aja. Steven gitu loh.” Jawab Steven membanggakan diri.
…Dan pertemuan malam itu pun berakhir dengan gerimis. Seolah langit mengetahui perasaan mereka disaat melewati sebuah cafe terdenger nyanyian…….
朋友别哭..我一直在你心灵最深处
Friends Do not cry .. I’ve been in the depths of your heart
朋友别哭..我陪你就不孤独
Friends Do not cry .. I am not alone with you人海中 得有几个真正的朋友
Crowd had a few real friends
这份情 请你不要不在乎……
Please do not do not care about this situation ……
Mereka pun pulang membawa kegundahan hati masing-masing. Sahabat yang selalu bersama dalam suka maupun duka sekarang harus berpisah. cinta memang rumit, bisa membuat segala sesuatu berubah .
* * * *
Jam 5 pagi Steven dah bangun untuk mempersiapkan diri. Pukul 05:40 Steven tiba di rumah Liliana. Di dalam perjalanan menuju bandara, mereka berdua membisu, diam seribu bahasa… Hanya terdenger lagu “The most familiar stranger(最熟悉的陌生人)” yg dibawakan Elva xiao seolah menyindir keheningan mereka.
Sebenarnya banyak yang ingin disampaikan. Tapi suara seakan hilang, mulut terkunci rapat, dan suasana hening itu terasa menusuk sukma. Perjalanan tidak terkendala kemacetan karena hari yang masih pagi. Dan mereka pun sampai di bandara pukul 06:15.
Sesampai di bandara hp Liliana berdering..diseberang sana Sherly mengucapkan selamat jalan kepada Liliana dan kemudian telpon dari Reynold pun menyusul.Kedua teman baiknya memintanya untuk sering contact dan sering balik kalo ada waktu serta untuk menjaga dirinya.Liliana hanya bisa menyiakan saja..Meski dalam atinya menolak untuk kembali ke kota yang penuh kenangan bersama Steven dalam waktu dekat.
Suasana ramai hiruk pikuk penuh manusia yang mondar mandir tapi dua insan itu hanya duduk diam. Seolah-olah sedang menunggu salah satu diantara mereka untuk membuka suara.
“Hm… Lil… Loe di sana berapa lama? Maksud gua kapan balik ke sini lagi.” Steven membuka pembicaraan.
” paling kalau ada libur saja baru balik.” Liliana menjawab.
“Sering-seringlah.”
“Mana mungkin. Memangnya gua kerja dikasih cuti mulu.”
“Ya sih…”
Mereka kembali terdiam.
“Lil…”
“Ya.”
“Loe masih marah ama gue?” Tanya Steven lirih.
“Ga…kita kan teman baik” Jawab Liliana mengingkari keadaan hatinya.
“Bagus lah…”
Hening lagi.
“Lil…”
“Ya… Ada apa ? Udah mau check in nih. Loe pulang aja ” Jawab Liliana panjang dan pengen menghindar dari Steven.
Sebenarnya ia hanya ingin segera meninggalkan semua ini, melupakan perasaan cinta sama sahabat yang berada di sampingnya saat ini. yang selama ini cinta nya Liliana pendam karna ga pengen mengorbankan persahabatan mereka berhubungan Steven masih mengikat cinta dengan insan yang lain.
“Belum Lil… Ntar lagi.” Jawab Steven. “Hm… Loe tau Lil, gua sayang ama loe……..”
Kalimat itu bagai pisau bermata dua, melukai sekaligus membuat hati Liliana senang.
“Ya sebagai sahabat..gue juga ” Jawab Liliana mengkhianati kata hatinya.
“Cuman itu ya ….” Kata Steven pelan dan penuh kekecewaan, atinya pedih karna jawaban Liliana.
Ada kesedihan mendalam yang terasa pada hati mereka berdua..kata cinta yang ga bisa diungkapkan diantara mereka,membuat ati mereka terasa begitu sakit.
“Ya.” Kata Liliana sambil bangkit dari kursinya. “Gua mau pergi check in. Loe bisa pulang sekarang. Makasih sudah mau mengantar.” Lanjutnya sambil mengangkuti barang bawaannya.
Ada tangis tertahan di matanya, yang tak ingin terserak keluar. Maka ia pun buru-buru berjalan.Pengen secepatnya mengakhiri semua ini.
“Tunggu Lil!!” Panggil Steven sambil mengejarnya.
Tapi Liliana tetap melanjutkan gerak kakinya. Sampai Steven menggenggam tangannya dan memaksanya berhenti.
Tiba-tiba Steven julurkan tangannya ke arah pundak Liliana, membuatnya kaget dan mundur selangkah.
“Kalung??” Potong Liliana setelah melihat jelas benda yang dipegang Steven.
“Ya.. Untuk Lil.” Jawab Steven sambil ingin memasangkannya di leher Liliana.
“Tidak.. Tidak… Ga usah Stev. Maksudnya apa coba…” Tolak Liliana cepat.
“Lil… Hadiah ultahmu.” Kata Steven menjelaskan.
“Hah??” Tanya Liliana bingung.
“Ya… Ultah Lil kan sebulanan lagi, karena mungkin kita ga akan ketemu lagi dalam waktu dekat jadi sekarang aja gua kasih kadonya.Soalnya kalo bukan sekarang kapan lagi..” Jelas Steven yang membuat ati mereka berdua terasa sakit.
“Tapi ini berlebihan.”
“Ya, dan cuma ini satu-satunya yang terpikirkan oleh gua. Terimalah Lil, please…” Steven memohon.
Liliana menolak berkali-kali, dan dipaksa untuk menerimanya berkali-kali juga. Akhirnya dengan terpaksa Liliana menerimanya. Steven mengalungkan kalung itu di leher Liliana.
“Lil, gua tetap sayng padamu…..” Bisiknya sambil mengancingkan kalung itu. Dan Liliana hanya terdiam saja.
“Dan gua susah membunuh rasa ini. …” Lanjut Steven lagi setelah kalungnya terkancing.
“Maaf Stev, gua… gua….harus masuk….” Kata Liliana tertahan. Ada air mata yang mulai menggenang. “Cukup sampai di sini Stev, gua ga mao denger terlalu jauh lagi. Jatuh terlalu dalam dan mungkin susah untuk keluar.”
“Makasi..Stev.. Selamat tinggal …” Lanjut Liliana sambil membelakangi Steven dan meninggalkannya.
Air matanya mulai mengalir. Setengah berlari ia menuju ke tempat check in. Masih terdengar suara Steven berteriak memanggil namanya, namun ia tidak menghiraukannya lagi lebih tepat dia tidak sanggup balik lagi takut hatinya tergoyahkan.
Steven mengejarnya tapi separuh jalan ia berhenti. Hatinya galau, pikirannya bimbang. Akhirnya ia hanya diam melihat punggung Liliana yang lambat laun menghilang.
Liliana pun masuk ke ruang tunggu,duduk dan memegang kalung pemberian Steven..airmatanya gak bisa terbendung lagi.. Kalung itu menjadi saksi bisu pernah ada cinta dalam persahabatan mereka.
Steven meninggalkan bandara menuju parkiran, duduk dalam mobilnya, diam dengan pikiran tak menentu. Sementara itu Liliana pun menuju ke pesawat. Dalam pesawat sebelum berangkat Liliana menuliskan pesan pendek buat ketiga sobatnya “Fren..gue berangkat..Slamat Tinggal. Gue akan merindukan kalian slalu dan slalu..Take care ”
Pesawat yang ditumpangi Liliana pun terbang meninggalkan landasan.Dari jendela pesawat, terlihat kota yang semakin mengecil dan jauh tertinggal di belakang.
Dari pintu mobil Steven melihat pesawat itu terbang meninggalkan dirinya..kemudian Steven pun memaju mobilnya untuk pulang.Kedua insan itu berangkat menuju arah yang berlawanan dan akan semakin jauh terpisah…
Steven membaca sms dari Liliana hati seolah teriris.. Kemudian dia menyalakan radio terdenger Rene berkumandang,
“…可是呀只有你曾陪我在最初的地方
“…But, if only you’re keeping me company at the place where it begins.
只有你才能了解我要的梦从来不大
If only you just understand that my dream is not big to begin with.
我们没有在一起至少还像情侣一样
We’re not together, at least we can be like lovers.
我痛的疯的伤的在你面前哭的最惨
I’m in pain, i’m going mad, i’m being hurt, in front of you is the most miserable.
我知道你也不能带我回到那个地方.
你说你现在很好而且喜欢回忆很长
I know you can’t bring me back to that place.You said that you’re very good now, and like reminiscing the memories.
我们没有在一起至少还像家人一样
We’re not together, at least we can still be like family.
总是远远关心 远远分享…”
Always concerned for each other, always sharing..”
“Ya, kita gak pernah bisa bersama sebagai kekasih. …” Gumam Steven sedih.
~end~
Pengarang : Imei Yang
Penulis : Admin
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.